Follow @CiaxMan

Wednesday, December 7, 2011

Komitmen mengalahkan segalanya...

Cerita tentang dua orang remaja yang mempunyai hubungan persahabtan yang sangat erat. Mereka menutupi rasa suka dan sayang mereka hanya karena sebuah komitmen yang gak jelas tujuan dan arahnya apa. Sebuah komitmen yang mereka putuskan malah menjadi rasa pahit bagi keduanya.

Seorang remaja yang di rawat oleh seorang Ibu yang sangat menyayanginya. Sepeninggal ayahnya yang sakit keras membuat remaja tersebut yang sering dikenal dengan nama Dio membuatnya menjadi lebih terlihat tertutup dengan lingkungan sekitar apalagi dengan yang namanya percintaan. Saat itu Dio masih di bangku SMA kelas 2. Dia merasa sangat terpukul dengan meninggalnya ayah tercinta yang pada saat itu menjadi kepala keluarga dan sumber nafkah bagi kehidupan keluarganya. Ayahnya memiliki sebuah usaha keperluan rumah tangga yang tidak jauh dari rumah mereka. Saat itu Dio lah yang melanjutkan usaha ayahnya dengan membagi waktu antara sekolah dan menjaga usaha ayahnya itu yang saat itu dibantu oleh sang ibu.

Saat Dio akan menghadapi ujian akhir nasional, Dio mendapatkan beasiswa di Universitas Indonesia di jurusan Akuntansi. Kabar menggembirakan itu adalah hadiah yang sangat berharga untuk ibu Dio. Ibunya merasa bangga kepada anaknya yang hobbynya bermain sepeda. Dio selalu menghabiskan waktunya dengan bermain sepeda kesayangannya yang pernah diberikan oleh ayahnya saat dia masih di bangku kelas 2.

Dio juga mempunyai sahabat yang di anggapnya sebagai abang kandungnya sendiri. Mungkin Dio merasa karena dia adalah anak tunggal. Jadi dia ingin sekali ada seorang yang bisa di anggapnya sebagai abangnya sendiri. Dony adalah temannya dari sejak mereka masih duduk di bangku SMP. Semua sifat Dio sudah banyak di ketahui oleh Dony.

Pada saat itu hari perpisahan sekolah tiba. Dio merasa sangat sedih ketika ia memakai jas ayahnya yang ingin di pinjamnya untuk acara perpisahan tersebut.

"Coba ayah masih ada ya bu, pasti dia lihat kalau anaknya tamat sekolah dan sebentar lagi aku mau ngelanjutin kuliah" Dia bercerita dengan ibunya yang sedang membantunya untuk mencoba jas ayahnya itu.
"Sudah lah Dio.. Ayahmu sudah lama pergi. Kita jangan terlalu larut dalam kesedihan. Ibu yakin pasti ayah tau anaknya sudah tamat sekolah, apalagi anaknya mendapatkan beasiswa. Tidak ada hadiah yang lebih berharga bagi orang tua selain hadiah kesenangan dari anak-anaknya" Ujar ibunya yang pada saat itu sedikit merasa sedih.
"Iya bu... Semoga ayah tahu kalau anaknya sebentar lagi jadi anak kuliahan. he..he..he" Dio mencoba menjadi tabah.

Acara perpisahan di mulai, Dio dan Dony datang bersamaan untuk menghadiri acara perpisahan di sekolahnya. Dio bertanya kepada sahabatnya itu tentang rencana Dony dengan kuliahnya.

"Eh Don... Jadi mau ngelanjutin kemana nih kuliahnya?" Tanya Dio
"Kayaknya aku ngelanjutin ke Bandung Yo..." Dony menjawab dengan nada seperti tidak yakin.
"Yahh.. jauhan dong kita.." Dio membalas dengan merasa tidak ingin terpisah dari sahabatnya itu.
"Yaelah Jakarta ama Bandung kan dekat Yo... Hari libur gue juga bisa maen ke Jakarta" Jawab Dony dengan yakinnya.
"Iya juga yaa.. Dimanapun itu semoga kamu sukses deh Don.. Amiiinn.."

Selain Dony, Dio juga mempunyai sahabat cewek. Dulu cewek ini sempat pernah suka dengan Dio. Tapi karena keadaan Dio yang selalu tertutup membuat Anggi menjadi merasa putus asa untuk mencoba dekat sama Dio.

"Diooo... Selamat yaa, denger-denger kamu dapet beasiswa ya di UI." Anggi memberikan selamat dengan dio.
"Eh, makasih nggi... Kamu gimana? Keterima dimana kamu? Tanya Dio dengan membalas pertanyaan Anggi.
"Aku juga ketrima di UI yo.. Jurusan management tapi. Sama donk kampus kita" Anggi menjawab dengan perasaan gembira.
"Wahh iya yaa.. deket banget. 1 kampus... Jangan sombong-sombong ya ntar" Jawaban Dio yang sambil mengancam.
"Iyee... Hahaha..."

Selang beberapa bulan Dio pun sudah menjadi anak kuliahan. Segala hari-harinya di lewatkan dengan sibuk kuliah dan menjada usaha ayahnya. Saat itu dia merasa kesepian sejak di tinggalkan oleh sahabatnya yang melanjutkan kuliah di Bandung. Pada suatu hari Dio merasa kehilangan sewaktu sahabatnya itu pamitan dengannya.

"Yo... Aku pamit yaa.. Sore ini aku berangkat ke Bandung.." Dony meminta izin dengan sahabatnya yang dikenalnya sejak di bangku smp.
"Oke Don.. Hati-hati ya Don, mudah-mudahan kamu makin sukses disana" Dio merelakan kepergian sahabatnya itu sambil bersalaman dan berpelukan.
"Jangan lupa telpon-telpon yaa Don,, Jangan sombong-sombong kalau udah disana, sering maen ke Jakarta." Harapan Dio yang ingin terus bersama sahabatnya itu.
"Iyaa... Gampang.. hehe." Dony pun meninggalkan Dio untuk pergi ke Bandung.

Memang hari itu Dio harus rela di tinggalkan oleh sahabatnya. Dio mulai mengisi hari-harinya dan membiasakan diri tanpa si Dony yang biasanya selalu pulang sekolah bersamaan, becanda di sekolah, membuat hal-hal bodoh. Banyak kenangan Dio dengan Dony yang gak bisa di lupain selama di bangku sma. Tapi semua pertemuan pasti ada perpisahan.

Tidak terasa sudah 1 tahun Dio menjalani hari-harinya sebagai anak kuliah. Semakin hari Dio semakin sering berjumpa dengan Anggi. Hubungan mereka pun bisa di bilang dekat seperti Dio dan Dony. Awalnya Anggi selalu meminta bantuan dengan Dio untuk mengerjakan tugas. Sejak saat itu Anggi malah sering berbagi cerita dengan Dio. Setiap hari mereka bertemu di kampus. Tidak tau apa maksud dari hubungan mereka yang bagi mereka tidak lebih dari sahabat. Tapi teman-teman Anggi malah heran yang melihat mereka semakin hari semakin lengket. Di sebuah pertemuan Anggi dan Dio, Anggi pernah menanyakan tentang keluarga Dio, tentang ibu Dio. Dari cerita Dio membuat Anggi merasa prihatin dengan Dio yang saat ini tinggal dengan ibunya dan harus membagi waktu antara kuliah dan usaha ayahnya.

Anggi mencoba berbicara serius di depan Dio...
"Yo... Thanks yaa udah mau bantuin aku buat tugasan." Anggi berterimakasih dengan Dio.
"Iya nggi,,, sama-sama... Aku seneng kok ngajarin kamu. Aku juga bisa sambil belajar kan jadinya.." Dio yang sangat sabar mengajari Anggi.
"Yo... Kamu kalau ada apa-apa, kamu boleh kok cerita sama aku. Mana tau kamu perlu tempat buat sharing, perlu temen buat ngobrol. Aku siap kok dengerinnya. Yaa itung-itung balas budi aku ke kamu yang udah ngajarin aku buat tugas" Anggi berbicara dengan penuh perasaan.
Dengan nada tertatih Dio pun hanya bisa menjawab "hhmm... hhmm.. Iya Nggi... Thanks yaa." Dio menjadi salah tingkah saat itu.

Setelah percakapan mereka tidak tau kenapa Dio yang tadinya sangat tertutup dengan yang namanya cewek sekarang berubah menjadi seperti lelaki biasa. Akhirnya Dio mempunyai teman yang bisa dia percayai selain Dony. Setiap hari mereka saling ketawa-ketawa dan bercanda bersama. Terkadang Anggi juga suka menghubungi Dio untuk mencoba menghibur Dio yanng saat itu merasa kehilangan setelah di tinggalin ayahnya dan juga sahabatnya.

Dio pernah beberapa hari tidak masuk kuliah karena sakit. Anggi mencoba menghubungi hp nya tapi tidak aktif. Akhirnya Anggi mencoba menelpon kerumah Dio yang pada saati itu ibu nya yang mengangkat. Anggi menanyakan kabar tentang Dio. Ternyata Dio mengalami sakit demam yang tinggi yang mengharuskan dia untuk beristirahat yang cukup. Anggi pun memberanikan diri untuk menjenguk Dio dirumahnya dengan membawa buah-buahan. Saat itu Dio hanya terbaring di tempat tidur. Dio sempat terkejut dengan kehadiran Anggi yang tiba-tiba di arahkan oleh ibu Dio untuk masuk ke kamarnya.

"Dio.. aku hubungin ke hp tapi hp kamu gak aktif, makanya tadi aku telfon kerumah, eehh taunya ibu kamu bilang kamu lagi sakit. Makanya nih aku bawain buah-buahan" Anggi sambil meletakkan bungkusan di meja Dio.
"Makasih ya nggi,,, Udah repot-repot bawain buah segala..Kecarikan yaa..?" Dio yang terbaring pun masih bisa berkata gombal dengan Anggi.
"Geerrr..... Enak aja.." Angii punmenjadi salah tingkah.
"Kok bisa sakit sih yoo? Kecapekan ya kamu?"
"Kayaknya sih nggi... Gak ada istirahatnya, setiap hari aku harus jagain usaha ayah" Jawab Dio menjelaskan.
"Iyaa.. tapi kan kamu harus istirahat Dio.." Anggi sambil mencubit perut Dio..
"Iyaa Anggii... " Dio yang sedikit kesal karena di marahin,

"By the way,, Makasih ya nggi kamu udah repot-repot mau datang" Dio berterimakasih dengan Anggi.
"sama-sama Yo... Namanya juga sahabat... Ya gak?" Anggi yang saat itu memainkan alis matanya.

"Eh nggi... Kita bakal gini terus kan?" Dio melontarkan pertanyaan yang membuat Anggi kaget.
"Hah? Maksudnyaa?
"Iya... Kita bakal gini terus kan nggi? Gak pernah ada yangberubah kan? Dio kembali memberikan pertanyaan yang semakin membuat Anggi bingung.
"Ya iyalah Diooo... Emang apanya yang mau di ubah???" Anggi menjawab dengan nada bingung.
"Iya nggi.. Aku takut aja kalo hubungnan kita ini berubah menjadi hubungan... hmmm... hmm.. Pacaran gitu maksudnya. Gimana ya... Aku nyaman dengan hubungan kita yang sekarang ini. Kita gak perlu berantem, kita gak perlu diem-dieman kayak orang pacaran yang kerjanya berantem dan akhirnya putus dan gak pernah berhubungan lagi. Cukup aku ngerasa kehilangan lagi nggi...." Dio menjelaskan maksudnya kepada Anggi...
"ooo... Ya iyalah.. geer banget sih kamu, siapa juga yang mau jadian ama kamu, hahahaha... Iyaaa sayaaannggg ku,,, buah hatikuu... Sekarang kita komit yaa. Kalo kita adalah sahabat. Jangan pernah berubah. Apapun itu. Kita tetap sama-sama, kita tetap bakalan jadi sahabat. DEAL?" anggi menyodorkan jari telunjuknya untuk membuat perjanjian dengan Dio.
"DEAL!!!" Dio membalas dengan menyodorkan jarinya ke jari si Anggi.

Mereka mempunyai sebuah komitmen bahwa mereka adalh sahabat dan bisa di bilang mereka tidak akan membuat sebuah hubungan itu berubah menjadi pacaran. Hubungan mereka pun menjadi layaknya antara adik dengan abangnya. Tidak peduli apa kata orang yang selalu menganggap mereka adalah pacaran.

Anggi yang sudah masuk ke semester 3 bergabung di sebuah organisasi di kampus. Dimana organisasi itu berbentuk sosial. Anggi bergabung dan diberikan jabatan sebagai skretaris di organisasi tersebut yang diketuai oleh Anji. Anji adalah salah satu mahasiswa yang sangat diminati banyak wanita. Kharisma yang terpancar dari muka Anji membuat semua wanita menjadi salah tingkah.

Di minggu pertama Anggi bergabung ternyata dia di sibukkan oleh acara sosial yang diadakan oleh organisasi mereka. Pada saat itu Anggi sering bertemu dengan Anji untuk membahas acara mereka yang tanggalnya sudah semakin dekat. Di kesibukan Anggi sebagai skretaris dia masih menyempatkan waktu untuk sms Dio yang pada saat itu masih saja sibuk denga n tugas dan usaha ayahnya. Di tengah kesibukan Dio dia membaca sms dari Anggi yang berisikan...

"Dio... Inget lho! jaga kesehatan kamu. Aku gak mau denger kamu sakit lagi. Kalo kamu sakit lagi aku suruh kamu kmakan sayur 1 panci baru tau rasa" Anggi mengingatkan Dio dan mengancam Dio utnuk memakan sayuran yang sangat tidak disukai oleh Dio.

"Iyaa.... kayak nenek-nenek aja merepet trus tuh bibir... Gudluck ya sis buat acaranya..." Dio membalas dan memanggil Anggi dengan panggilan sis singkatan dari sister.

Semakin hari Anggi banyak menghabiskan waktunya di kampus dan rapat dengan anggota-anggota lain termasuk Anji si ketua organisasi. Pada rapat terakhir menjelang acara Anji sempat ngobrol panjang lebar dengan Anji yang saat itu sifat Anji ke Anggi mulai kelihatan ada yang beda dari yang biasanya. Anji sering menawarkan diri untuk mengantar dan menjemput Anggi yang awalnya Anggi selalu menolak dan pada akhirnya Anggi menerima tawaran si ketua itu.

Setelah acara sosial selesai Anggi malah sering menghabiskan waktu dengan Anji yang kelihatannya sedang dalam masa pendekatan. Dio tidak pernah lagi menerima sms dari Anggi apalgi telefon. Dio dan Anggi juga sudah jarang bertemu di kampus. Tetapi Dio terlihat biasa saja karena tidak bosannya dia memang harus fokus ke kuliahnya dan usaha ayahnya.

Sesekali Dio duduk dengan membaca buku di sebuah tempat duduk di kampusnya. Dia melihat sesosok Anggi sedang turun dari mobil sedan dan jalan berdua bersama cowok menuju kampus. Penglihatan Dio sangat jelas bahwa itu adalah Anggi. Anggi terlihat tersenyum pada saat dia berjalan dengan Anji. Sepulangnya Dio dari kampus, dirumah ia masih penasaran dengan penglihatannya tadi siang. Dia mencoba menelpon Anggi yang pada saat itu sibuk dengan organisasinya..

Bunyi ringtone berbunyi dari hp Anggi...

"Haloo.. Yo..." Anggi menjawab telpon Dio.
"Eh apa kabaar? Udah lama gak kelihatan.." Dio seperti merasa rindu dengan Anggi.
"Hehe.. Baik yo.. Aku lagi sibuk organisasi nih.. Eh yo,, ntar yaa aku lagi mau rapat." Anggi seperti cepat-cepat menutup telfon dari Dio.
"Oke deh Nggi... Sorry-sorry aku ganggu..." Dio terlihat tidak enak hati.
Tiba-tiba telfon itu pun langsung di tutup oleh Anggi yang ternyata pada saat itu ada Anji di sebelahnya.

2 bulan kemudian Dio melihat kalender di hp nya dan ada reminder yang berisikan hari ulang tahun sahabatnya itu. 3 hari menuju hari ulang tahun Anggi, Dio mencoba menghubungi beberapa teman Anggi yang sempat dikenalkan Anggi kepada Dio. Dio bersama 3 orang kawannya Anggi merencanakan surprise party. Dio yang bukan tergolong anak dari orang kaya mencoba membuat sebuah surprise party dengan uang nya yang sangat pas-pasan. Saat itu Dio memilih untuk membelikan Anggi maratabak keju coklat kesukaan Anggi dengan menaruh lilin di atasnya. Dio juga membuat sebuah frame foto yang isinya kelakuan-kelakuan anehnya si Anggi. Hari ulang tahun Anggi pun tiba. Dio sengaja tidak mengucapkan selamat via sms bermaksud untuk memberikan surprise.

Dio dan 3 orang kawannya Anggi berkumpul di sebuah kantin kampus. Dio menyuruh salah satu temennya Anggi untuk mengajak Anggi ke kantin tempat mereka merencanakan surprise party. Sebelum Dio menyuruh temannya itu, terlihat Anggi sedang jalan berdua dengan Anji dan terlihat Anggi di berikan surprise party oleh Anji ketuanya itu. Anggi terlihat tertawa bahagia pada saat dia meniup lilin yang di pasang di atas kue tart. Anggi pun menyuapkan kue tersebut dengan memilih Anji menjadi orang yang pertama di lanjutkan teman-teman yang lain. Dio dan 3 orang teman Anggi hanya melihat acara Anggi dan membuat Dio merasa segan untuk menegur Anggi. Sahabat anggi yang pada saat itu bersama Dio pun hanya bisa mengelus punggung Dio yang saaat itu terdiam...

"Sabar ya yoo.... Ntar kita rencanain lagi gimana.." Sahabatnya memberi support ke Dio.
"Heheh.. Gak apa kok Nov. Namanya dia juga lagi ulang tahun. Ntar kapan-kapan aja deh aku kasih ke dia. Gampang lah." Dio terlihat berusaha tegar. Akan tetapi dia merasa sedih. Dia gak bisa memberikan sesuatu di saat sahabatnya lagi berulang tahun.

Saat itu Dio pulang dengan membawa martabak tersebut dengan kotak yang bertulisan "Happy Birthday Anggiiiii...". Dio pun mengetik sms ucapan selamat ulang tahun kepada Anggi seperti tidak ada kejadian apa-apa. Sejak saat itu Anggi tidak pernah lagi sekalipun menghubungi Dio. Sepertinya perkataan Anggi yang menjanjikan akan selalu ada hanya perkataan saja. Tapi Dio tidak pernah merasa kecewa atau marah. Dio masih menganggap Anggi sebagai sahabatnya dan seperti adiknya. Tetapi akhir-akhir ini Dio seperti merasa kehilangan sesosok sahabatnya. Tapi perasaan itu sangat beda saat Dio melihat foto Anggi yang berjejer di frame yang di buat oleh Dio. Hatinya seperti bertanya-tanya ada apa sebenarnya perasaan dia ke Anggi. Tapi Dio berusaha meyakinkan dirinya bahwa Anggi adalah sahabatnya.

Dio mendengar sebuah kabar bahwa Anggi jadian dengan Anji si ketua organisasi. Setelah mendengar kabar itu dalam hati Dio berkata.. "Akhirnya si tukang merepet dapet pacar. Hahahah...". Tanpa dia menyadari bahwa Dio suka dengan Anggi, tapi Dio juga tidak mau melanggar komitmen yang telah mereka buat bahwa mereka tetap menjadi sahabat.

Waktu berjalan terus.. Dio tetap pada kegiatannya yang sama. Sedangkan Anggi sudah berpacaran dengan Anji tanpa pernah memberikan kabar lagi kepada Dio. Sesekali Dio mengirimkan sms tapi jawaban yang dia terima hanya sms apa adanya. Tidak seperti balasan Anggi yang dulu. Dio berfikir sekarang Anggi mempunyai pacar. Dio memilih untuk melihat Anggi senang daripada Dio harus merusak hubungan mereka dengan mengirimkan sms kepada Anggi.

2 tahun telah berlalu. Dio di hadapkan dengan cobaan yang sangat berat. Ibunya tiba-tiba jatuh pingsan dan menyebabkan ibuya terserang penyakit stroke. Saat itu Dio bingung harus berbuat apa. Dio dan ibunya hanya memiliki satu saudara di Jakarta. Yaitu adik ibunya sendiri. Keluarga yang lain banyak tinggal di kampung Dio yang sangat jauh dari Jakarta. Dio hanya di bantu oleh tantenya untuk membawa ibunya kerumah sakit. Cobaan apalagi yang harus di hadapi Dio saat ini. Dia sangat bingung dan dia memerlukan orang untuk menemaninya. Tetapi Dio tetap bersabar dan terus bersabar dengan apa yang dia hadapi. Dia ingin menelpon Anggi untuk mengabarkan jabar ibunya, tetapi hp Anggi tidak aktif. Dio pun hanya mengirimkan sms kepada Anggi yang berisikan...

"Anggi,, Ibu sedang sakit. Sekarang di rawat di rumah sakit. Kalau bisa balas sms aku ya"

Tapi sms itu tidak ada jawaban sama sekali. Sudah beberapa minggu Dio tidak pernah datang ke kampus. Itu membuat sahabat-sahabat Anggi menjadi tanda tanya. Satu-satunya orang yang tau tentang ibu Dio adalah Roby salah satu teman kelas Dio. Ketiga orang sahabat Anggi oun mendatangi kelas Dio dan kebetulan mereka bertanya kepada roby.

"Hmm.. Maaf,, Dio nya ada gak?" Si nova salah satu sahabat Anggi bertanya.
"Wah Dio udah 2 minggu gak masuk. Kemaren dia bilang ibunya masuk rumah sakit" Jawab Roby dengan lugunya.
"oo... gitu... Oke deh... makasih yaa."

Selang 3 minggu ibunya sakit akhirnya Dio harus kehilangan orang yang dia sayangin yaitu ibunya. Dio tidak berhenti mengeluarka air mata saat ibunya di tutupi oleh kain putih dan terbaring di tempat tidur kamar rumah sakit. Dio saat itu keluar dari kamar dan mencoba menahan air matanya yang terus keluar. Dio hanya di temani tantenya yang memeluk Dio agar Dio bisa tenang.

"Ibuuu... Ibuuu... Kenapa ibu ninggalin Dio... Dio harus tinggal sama siapa bu.. Ibu.. bangun bu. Sebentar lagi Dio wisuda.. Dio pengen orang tua Dio lihat waktu Dio wisuda. Ibuuuu..." Akhirnya tantenya menarik Dio dan memeluknya kembali.

Malam ketiga meninggalnya ibunda Dio yang terlihat hadir hanya Dony yang datang dari Bandung. Dio yang beberapa bulan lagi akan wisuda harus tegar menghadapi cobaan yang datang padanya. Pada saat itu si Anggi pun juga belum mengasih balasan sms dari Dio. Dio yang sebenarnya menaruh rasa kepada Anggi harus hidup dengan sendiri. Sepeninggalnya ibunda Dio yang hanya tau tentang itu cuma Dony dan teman sekelas Dio yang bernama Roby. Dia mencoba mengirimkan kabar kepada Anggi tetap tidak ada balasn. Ternyata Anggi menukar nomor handphonenya atas permintaan Anji karena Anji adalah cowok yang sangat pencemburu dan tidak ingin pacarnya itu di hubungin oleh cowok lain termasuk Dio.

Hari wisuda tiba. Hari itu bukan hari yang spesial lagi bagi Dio. Terlihat dia keluar dari ruangan wisuda dengan melewati jejeran teman-teman seperjuangannya berfoto lengkap dengan keluarga mereka. Dengan memakai toga Dio berjalan ke arah ruangan dosen yang di anggapnya sangat baik kepadanya.

"Pak makasih ya pak selama ini sudah banyak mengajari saya....
Tidak lama Dio pun mengucurkan air matanya dan memeluk dosen tersebut.
Si dosen pun memeluknya dengan erat dan memberikan nasihat..
"Iya Dio... Selamat ya kamu sudah menjadi sarjana. Bapak bangga sekali sama kamu. Terus berjuang ya Dio. Kejar cita-cita kamu. Jangan larut dalam kesedihan"
Mendengar kata-kata itu, Dio semakin mengeluarkan air matanya karena mengingat ibunya pernah berkata yang sama.

Dio pun berjalan ke arah pintu gerbang kampus dengan melewati beberapa kawan seperjuangannya yang memberikan selamat kepadanya dan berfoto. Tidak lama tampak Anggi yang sedang berjalan dengan gaya khasnya memakain kemeja dan celana jeans. Saat itu Anggi belum wisuda karena dia harus mengulang beberapa pelajaran. Dio pun tidak sengaja lewat di hadapan Anggi. Anggi pun memanggil Dio yang saat itu matanya bengkak karena menangis.

"Dioo...." Anggi memanggil berteriak kecil.
"Dio... Selamat yaa.. Mata kamu kenapa kayak abis nangis gitu? Ibu kamu mana?" Anggi bertanya. Dio terdiam sejenak seperti tidak sanggup dengan pertanyaan tersebut.
"Yooo... " Anggi mencoba bertanyanya lagi,
"Ibu udah gak ada Nggi.. Kemaren ibu sakit dan 3 minggu yang lalu" Dio menjawab dengan menahan air matanya.
"Innalillahi... Dioo.. Kenapa kamu gak bilang sama aku? Kenapa kamu gak ngasih aku kabar?" Anggi berprihatin sambil memegang bahu Dio.
"Kemaren aku coba hubungin kamu tapi gak ada balasan nggi. Aku minta maaf ya." Dio semakin tidak bisa menahan air matanya.
"Dio.. aku minta maaf. Kemaren itu aku ganti nomor dan aku lupa ngasih tau kamu. Dioo maafin aku diooo.. Harusnya aku ada saat kamu lagi kayak gini." Anggi sangat merasa bersalah sekali.
"Gak papa Anggi.. Kemaren aku mau nyari kamu tapi aku bingung mau nyari kemana. Oiyaa.. Aku sekalian pamit ya nggi. Mungkin besok aku harus berangkat ke Singapore, Allhamdulillah aku ketrima kerja disana. Lagian disini aku juga gak puunya siapa-siapa lagi. Aku gak sanggup buat tinggal dirumah yang setiap saat wajah ayah sama ibu terbayang di setiap sudut rumahku." Dio memberikan penjelasan kepada Anggi.
"Kamu becanda kan Dio? Dio, barusan aku dengar ibu kamu udah gak ada, dan sekarang aku harus dengar kamu bakalan pergi. Kenapa kamu harus pergi? Dio apa kamu gak bisa menunda kepergian kamu??" Anggi mulai mengeluarkan air mata dan berharap Dio untuk tidak pergi.
"Maafin aku nggi... Aku kayaknya bakalan pergi. Aku gak tau kapan kita bisa ketemu lagi. Nggi... Jujur di saat kamu gak pernah ngasih ke kabar ke aku, disitu aku mulai ngerasa kehilangan. Aku suka sama kamu nggi.. Aku sayang sama kamu. Maaf yaa aku gak nepati komitmen kita. Mungkin ini kesempatan aku yang terakhir buat ngomong ke kamu. Maaf mungkin aku udah ngerusak persahabatan kita." Dio yang berkata dengan air mata yang membasahi pipinya membuat Anggi hanya tertunduk dan menangis.
"Diooo... " Anggi hanya bisa memanggil nama Dio.
Akhirnya Dio pergi dari hadapan Anggi yang saat itu tidak bisa menahan air matanya.


Dio pulang dengan keadaan rumah yang kosong. Rumah yang penuh dengan foto-fotonya bersama ayah dan ibunya. Satu persatu barang yang ada dirumahnya di letakkan di dalam kotak-kotak agar terlihat rapi. Dio tidak sanggup melihat sudut-sudut rumahnya yang pernuh kenangan. Dan saatnya Dio harus meninggalkan rumah itu untuk mengejar hidup yang baru. Dengan mengusap sebuah fotonya bersama ayah dan ibunya dia masih mengeluarkan air matanya.

"Ayah.. Ibu sekarang Dio udah jadi sarjana. Dio dapet panggilan kerja di Singapore. Semoga ini bisa membuat ayah dan ibu senang disana. Doain Dio ya Yah, Bu...."

Sms masuk ke hp Dio yang dikirim oleh Anggi...

"Dio, kamu kapan berangkatnya? Boleh gak buat terakhir kalinya aku nganterin kamu.. Pliss jawab sms ini."

Dio menjawab "Besok aku berangkat jam 2 siang nggi, tapi sebelum itu aku mau ke kuburan ayah dan ibu ku.."

Keesokan harinya sekitar pukul 9 pagi Dio di jemput oleh Anggi. Pagi itu Dio sudah bersiap-siap dengan kopernya untuk berangkat ke Singapore. Sebelum ke airport, Dio ingin ke kuburan ayah dan ibunya untuk berpamitan.
Tibanya di airport dan waktu penerbangan semakin dekat Dio mengambil sebuah kotak dari dalam tas nya dan langsung di berikan kepada Anggi yang saat itu masih belum menerima untuk berpisah dengan Dio. Kotak yang masih bertuliskan "Happy Birthday Anggiii" di terima oleh Anggi.

Akhirnya Dio masuk ke waiting room tanpa ada kata-kata dari mulutnya. Anggi kembali ke mobil dan membuka kotak itu yang ternyata sudah di persiapkan Dio sewaktu ulang tahun Anggi,

"Anggiii... Happy Birthday yaaa... Semoga kamu panjang umur, sehat terus... Aku gak bisa ngasih apa-apa. Tapi aku buatin frame foto kamu tuh. Hehehe.. Jelek sih.. Tapi di pajang ya Nggii...."

Akhirnya Dio pun berangkat dan Anggi tetap harus melanjutkan kuliahnya yang harus di selesaikannya. Sebuah komitmen telah mengalahkan rasa sayang mereka yang selama ini mereka pendam masing-masing. Akhirnya komitmen itu menjadi rasa yang pahit dan membuat rasa suka dan sayang menjadi kekal di dalam khayalan mereka. Sekarang kenyataan yang menyakitkan lah yang menemani mereka dan kesedihan lah yang menutupi rasa bahagia di hati mereka...........

No comments:

Post a Comment